Selasa, 12 Juni 2012

CERITA DEWASA SERRUU ( Antara Aku Dan Pembabtu Baruku )

berikut adalah cerita dewasa terbaru yang 'lagiheboh.com'sajikan khusus untuk anda, semoga bisa menghibur..: Cerita Seru  jangan lewatkan cerita dewasa sebelumya : Cerita sex terbaru | cerita dewasa : persetubuhan terlarang kali ini akan saya berikan anda sebuah cerita yang paling seru dan hot sekali dengan berbagai macam skandal cerita sex yang bisa membuat anda horni berat hahahaha, namun karena cerita seru ini merupkan sebuah cerita dewasa saya harap bagi anda yang masih dibawah umur untuk tidak membaca cerita ini dan ada baiknya anda untuk membaca artikel saya yang l;ain dikategori hiburan dan sebagai nya.
Nah bagaimanakah cerita seru ini saya harap anda untuk bersabar dan menahan gairah anda karena cerita dibawah ini saya jamin anda akan merasakan sebuah sensai yang tiada tara setelah membaca cerita seru dan hot ini, bagi anda yang sudah siap membaca silakan langsung anda baca cerita nya dibawah ini :
Hari ini seperti biasa aku perhatikan istriku sedang bersiap untuk berangkat kerja, sementara aku masih berbaring. Istriku memang harus selalu berangkat pagi, tidak seperti pekerjaanku yang tidak mengharuskan berangkat pagi. Tidak lama kemudian aku perhatikan dia berkata sesuatu, pamitan, dan perlahan meninggalkan rumah. Sementara aku bersiap kembali untuk tidur, kembali kudengar suara orang mendekat ke arah pintu kamar. Tetapi langsung aku teringat pasti pembantu rumah tangga kami, Lia, yang memang mendapat perintah dari istriku untuk bersih-bersih rumah sepagi mungkin, sebelum mengerjakan yang lain.
CERITA DEWASA SERRUU ( Antara Aku Dan Pembabtu Baruku )Lia ini baru berumur 17 tahun, dengan tinggi badan yang termasuk pendek namun bentuk tubuhnya sintal. Aku hanya perhatikan hal tersebut selama ini, dan tidak pernah berfikir macam-macam sebelumnya. Tidak berapa lama dari suara langkah yang kudengar tadi, Lia pun mulai tampak di pintu masuk, setelah mengetuk dan meminta izin sebentar, ia pun masuk sambil membawa sapu tanpa menunggu izin dariku. Baru pagi ini aku perhatikan pembantuku ini, not bad at all.
Karena aku selalu tidur hanya dengan bercelana dalam, maka aku pikir akan ganggu dia. Dengan masih pura-pura tidur, aku menggeliat ke samping hingga selimutku pun tersingkap. Sehingga bagian bawahku sudah tidak tertutup apapun, sementara karena bangun tidur dan belum sempat ke WC, kemaluanku sudah mengeras sejak tadi. Dengan sedikit mengintip, Lia berkali-kali melirik kearah celana dalamku, yang didalamnya terdapat ‘Mr. Penny’ku yang sudah membesar dan mengeras. Namun aku perhatikan dia masih terus mengerjakan pekerjaannya sambil tidak menunjukkan perasaannya.
Setelah itu dia selesai dengan pekerjaannya dan keluar dari kamar tidur. Akupun bangun ke kamar mandi untuk buang air kecil. Seperti biasa aku lepas celana dalamku dan kupakai handuk lalu keluar mencari sesuatu untuk minum. Kulihat Lia masih meneruskan pekerjaannya di ruang lain, aku rebahkan diriku di sofa depan TV ruang keluarga kami. Sejenak terlintas untuk membuat Lia lebih dalam menguasai ‘pelajarannya’. Lalu aku berfikir, kira-kira topik apa yang akan aku pakai, karena selama ini aku jarang sekali bicara dengan dia.
Sambil aku perhatikan Lia yang sedang sibuk, aku mengingat-ingat yang pernah istriku katakan soal dia. Akhirnya aku ingat bahwa dia memiliki masalah bau badan. Dengan tersenyum gembira aku panggil dia dan kuminta untuk berhenti melakukan aktivitasnya sebentar. Lia pun mendekat dan mengambil posisi duduk di bawah. Duduknya sangat sopan, jadi tidak satupun celah untuk melihat ‘perangkatnya’. Aku mulai saja pembicaraanku dengannya, dengan menanyakan apakah benar dia mempunyai masalah BB. Dengan alasan tamu dan relasiku akan banyak yang datang aku memintannya untuk lebih perhatian dengan masalahnya.
Dia hanya mengiyakan permintaanku, dan mulai berani mengatakan satu dua hal. Semakin baik pikirku. Masih dengan topik yang sama, akupun mengajaknya ngobrol sejenak, dan mendapat respon yang baik. Sementara dudukku dengan sengaja aku buat seolah tanpa sengaja, sehingga ‘Mr. Penny’ku yang hanya tertutup handuk akan terlihat sepenuhnya oleh Lia. Aku perhatikan matanya berkali-kali melirik ke arah ‘Mr. Penny’ku, yang secara tidak sengaja mulai bangun. Lalu aku tanyakan apa boleh mencium BB-nya, sebuah pertanyaan yang cukup mengagetkannya, selain karena pertanyaan itu cukup berani, juga karena matanya yang sedang melirik ke ‘anu’ ku. Untuk menutupi rasa malunya, diapun hanya mengangguk membolehkan.
Aku minta dia untuk mendekat, dan dari jarak sekian centimeter, aku mencoba mencium BBnya. Akalku mulai berjalan, aku katakan tidak begitu jelas, maka dengan alasan pasti sumbernya dari ketiaknya, maka aku minta dia untuk menunjukkan ketiaknya. Sejenak dia terdiam, mungkin dipikirnya, apakah ini harus atau tidak. Aku kembali menyadarkannya dengan memintanya kembali memperlihatkan ketiaknya. Melihat tatapannya aku mengerti bahwa dia tidak tahu apa yang harus dikerjakannya untuk memenuhi permintaanku. Maka aku dengan cepat menuntunnya agar dia tidak bingung akan apa yang harus dilakukan. Dan aku katakan, naikkan saja baju kaosnya sehingga aku dapat memeriksa ketiaknya, dan aku katakan jangan malu, toh tidak ada siapapun di rumah.
Perlahan diangkatnya baju kaosnya dan akupun bersorak gembira. Perlahan kulit putih mulusnya mulai terlihat, dan lalu dadanya yang cukup besar tertutup BH sempit pun mulai terlihat. ‘Mr. Penny’ku langsung membesar dan mengeras penuh. Setelah ketiaknya terlihat, akupun memberi perhatian, kudekatkan hidungku terlihat bulu ketiaknya cukup lebat. Setelah dekat aku hirup udara sekitar ketiak, baunya sangat merangsang, dan akupun semakin mendekatkan hidungku sehingga menyentuh bulu ketiaknya. Sedikit kaget, dia menjauh dan menurunkan bajunya. Lalu aku katakan bahwa dia harus memotong bulu ketiaknya jika ingin BBnya hilang. Dia mengangguk dan berjanji akan mencukurnya. Sejenak aku perhatikan wajahnya yang tampak beda, merah padam. Aku heran kenapa, setelah aku perhatikan seksama, matanya sesekali melirik ke arah ‘Mr. Penny’ku. Ya ampun, handukku tersingkap dan ‘Mr. Penny’ku yang membesar dan memanjang, terpampang jelas di depan matanya. Pasti tersingkap sewaktu dia kaget tadi.
Lalu kuminta Lia kembali mendekat, dan aku katakan bahwa ini wajar terjadi, karena aku sedang berdekatan dengan perempuan, apalagi sedang melihat yang berada di dalam bajunya. Dengan malu dia tertunduk. Lalu aku lanjutkan, entah pikiran dari mana, tiba-tiba aku memuji badannya, aku katakan bahwa badannya bagus dan putih. Aku juga mengatakan bahwa bibirnya bagus. Entah keberanian dari mana, aku bangun sambil memegang tangannya, dan memintanya berdiri berhadapan. Sejenak kami berpandangan, dan aku mulai mendekatkan bibirku pada bibirnya. Kami berciuman cukup lama dan sangat merangsang. Aku perhatikan dia begitu bernafsu, mungkin sudah sejak tadi pagi dia terangsang.
Tanganku yang sudah sejak tadi berada di dadanya, kuarahkan menuju tangannya, dan menariknya menuju sofa. Kutidurkan Lia dan menindihnya dari pinggul ke bawah, sementara tanganku berusaha membuka bajunya. Beberapa saat nampaknya kesadaran Lia bangkit dan melakukan perlawanan, sehingga kuhentikan sambil membuka bajunya, dan aku kembali mencium bibirnya hingga lama sekali. Begitu Lia sudah kembali mendesah, perlahan tangan yang sejak tadi kugunakan untuk meremas dadanya, kuarahkan ke belakang untuk membuka kaitan BHnya. Hingga terpampanglah buah dadanya yang berukuran cukup besar dengan puting besar coklat muda.
Lumatan mulutku pada buah dadanya membuatnya sudah benar-benar terangsang, sehingga dengan mudah tanganku menuju ke arah ‘Veggy’nya yang masih bercelana dalam, sedang tanganku yang satunya membawa tangannya untuk memegang ‘Mr. Penny’ku. Secara otomatis tangannya meremas dan mulai naik turun pada ‘Mr. Penny’ku. Sementara aku sibuk menaikkan roknya hingga celana dalamnya terlihat seluruhnya. Dan dengan menyibakkan celana dalamnya, ‘Veggy’nya yang basah dan sempit itupun sudah menjadi mainan bagi jari-jariku. Namun tidak berapa lama, kurasakan pahanya menjepit tanganku, dan tangannya memegang tanganku agar tidak bergerak dan tidak meninggalkan ‘Veggy’nya. Kusadari Lia mengalami orgasme yang pertama
Setelah mereda, kupeluk erat badannya dan berusaha tetap merangsangnya, dan benar saja, bebrapa saat kemudian, nampak dirinya sudah kembali bergairah, hanya saja kali ini lebih berani. Lia membuka celana dalamnya sendiri, lalu berusaha mencari dan memegang ‘Mr. Penny’ku. Sementara secara bergantian bibir dan buah dadanya aku kulum. Dan dengan tanganku, ‘Veggy’nya kuelus-elus lagi mulai dari bulu-bulu halusnya, bibir ‘Veggy’nya, hingga ke dalam, dan daerah sekitar lubang pantatnya. Sensasinya pasti sungguh besar, sehingga tanpa sadar Lia menggelinjang-gelinjang keras. Kesempatan ini tidak aku sia-siakan, bibirku pindah menuju bibirnya, sementara ‘Mr. Penny’ku ku dekatkan ke bibir ‘Veggy’nya, ku elus-elus sebentar, lalu aku mulai selipkan pada bibir ‘Veggy’ pembantuku ini.
Sudah seperti layaknya suami dan istri, kami seakan lupa dengan segalanya, Lia bahkan mengerang minta ‘Mr. Penny’ku segera masuk. Karena basahnya ‘Veggy’ Lia, dengan mudah ‘Mr. Penny’ku masuk sedikit demi sedikit. Sebagai wanita yang baru pertama kali berhubungan badan, terasa sekali otot ‘Veggy’ Lia menegang dan mempersulit ‘Mr. Penny’ku untuk masuk. Dengan membuka pahanya lebih lebar dan mendiamkan sejenak ‘Mr. Penny’ku, terasa Lia agak rileks. Ketika itu, aku mulai memaju mundurkan ‘Mr. Penny’ku walau hanya bagian kepalanya saja. Namun sedikit demi sedikit ‘Mr. Penny’ku masuk dan akhirnya seluruh batangku masuk ke dalam ‘Veggy’nya. Setelah aku diamkan sejenak, aku mulai bergerak keluar dan masuk, dan sempat kulihat cairan berwarna merah muda, tanda keperawanannya telah kudapatkan.
Erangan nikmat kami berdua, terdengar sangat romantis saat itu. Lia belajar sangat cepat, dan ‘Veggy’nya terasa meremas-remas ‘Mr. Penny’ku dengan sangat lembut. Hingga belasan menit kami bersetubuh dengan gaya yang sama, karena ku pikir nanti saja mengajarkannya gaya lain. ‘Mr. Penny’ku sudan berdenyut-denyut tanda tak lama lagi aku akan ejakulasi. Aku tanyakan pada Lia, apakah dia juga sudah hampir orgasme. Lia mengangguk pelan sambil terrsenyum. Dengan aba-aba dari ku, aku mengajaknya untuk orgasme bersama. Lia semakin keras mengelinjang, hingga akhinya aku katakan kita keluar sama-sama. Beberapa saat kemudian aku rasakan air maniku muncrat dengan derasnya didalam ‘Veggy’nya yang juga menegang karena orgasme. Lia memeluk badanku dengan erat, lupa bahwa aku adalah majikannya, dan akupun melupakan bahwa Lia adalah pembantuku, aku memeluk dan menciumnya dengan erat.
Dengan muka sedikit malu, Lia tetap tertidur disampingku di sofa tersebut. Kuperhatikan dengan lega tidak ada penyesalan di wajahnya, tetapi kulihat kepuasan. Aku katakan padanya bahwa permainannya sungguh hebat, dan mengajaknya untuk mengulang jika dia mau, dan dijawab dengan anggukkan kecil dan senyum. Sejak saat itu, kami sering melakukan jika istriku sedang tidak ada. Di kamar tidurku, kamar tidurnya, kamar mandi, ruang tamu, ruang makan, dapur, garasi, bahkan dalam mobil.
Lia ikut bersama kami hingga tahunan, sampai suatu saat dia dipanggil oleh orang tuanya untuk dikawinkan. Ia dan aku saling melepas dengan berat hati. Namun sekali waktu Lia datang kerumahku untuk khusus bertemu denganku, setelah sebelumnya menelponku untuk janjian. Anak satu-satunyapun menurutnya adalah anakku, karena suaminya mandul. Tapi tidak ada yang pernah tahu..SUMBER 
Bagaimana para pembaca asyik bukan cerita seru diatas karena itu tunggu saja koleksi terbaru berbagai macam cerita dari cerita dewasa lagiheboh.com diartikel berikut nya, semoga saja dari cerita ini anda bisa merasa puas dan jika anda sudah merasa puas jangan lupa kasih komentar nya kolom koment dibawah ini, sekian dulu dari saya serta ucapan banyak terima kasih atas kunjungannya.

CERITA DEWASA (NGENTOT DENGAN SUAMI ORANG)

Cerita Sex dewasa sedarah terbaru Terbaru - siapa yang tidak menyangkal bahwa memang benar sekali kalo selingkuh itu memang enak . kita simak cerita seks perselingkuhan dibawah ini .
Mandapat mimpi bagi orang yang saya cintai dan orang yang dicintai harus kandas di jalan tengah, pilihan dan semua impian yang tersimpan dalam pikiran saya, saya pikir adalah tombol hapus untuk kenyataan pahit, karena saya tidak dapat mencapai apa yang telah saya bidik.Aku sudah harus bersedia untuk melakukan semua apa yang ada dalam urutan orang tua seolah-olah aku hanya sebuah robot harus dibuat dalam kisah awal alat perintahnya.Inilah seks ini urusan kami mulai. Meskipun demikian ini adalah cara takdir saya, namun semua orang tua yang sama pingin anak senang tetapi mereka tidak berpikir bermain jika saya dapat tidaknya.Aku senang menggantung semua ini padanya aku kepercayaan, dan iklas.Menikah Pada usia muda tidak membuat saya mendapatkan rasa kepuasan hanya seks saya pikir yang tidak sembrono. Hari ini cerita itu kemudian mulai bertemu dengan Ronald. Cerita ini adalah: Saya menikah pada usia yang sangat muda, yakni 22 tahun. Saya tidak punya waktu untuk kuliah, karena aku pada usia itu jika orang tua sudah menikah, karena ayah saya memiliki banyak utang judi dengan seorang pria playboy "norak". Saya menikah dengan playboy, ia sudah sangat tua sekali, 65 tahun ketika aku menikah. Sekasur tahun saya tinggal dengan dia, selama itu saya tidak pernah merasa apa yang disebut nikmat seksual.


Bahkan, teman-teman, malam pertama malam yang paling indah. Sedangkan bagi saya, malam pertama adalah malam neraka!. Ternyata, Burhan, suami saya menderita diabetes (kadar gula darah tinggi yang mana), yang sangat parah, mengganggu tidur pada kejantanannya. Selama lima tahun kami menikah, selama saya hanya digaulinya mencumbu, mencium dan membelai dia menjadi, sisanya hanya keluhan hanya kekecewaan. Burhan sering merangsang dirinya dengan bermain film porno yang kita lihat bersama sebelum aktivitas seksual. Tapi apa yang terjadi? Burhan masih lesu, tidak mampu merangsang penisnya menjadi tegak, namun sebenarnya saya sangat sangat gembira, konyol. Saya mendapat pelajaran seksual dari film-film yang diputar Burhan. Saya sering berfantasi, saya fucked seorang pria jantan. Saya sering melakukan masturbasi ringan untuk melampiaskan hasrat seksual saya, dalam banyak hal yang saya miliki dari fantasi-fantasi saya.


Suatu hari, Burhan harus terbaring di rumah sakit karena sakit. Selama hampir satu bulan dia dirawat di rumah sakit, saya semakin merasa kesepian untuk itu pula. Suatu hari aku harus pergi menebus obat di apotek besar, dan harus antre lama. Selama baris saya bosan. Tiba-tiba aku ingin keluar dari apotek dan mencari suasana segar. Aku pergi ke mal dan makan dan minum disebuah restoran. Aku duduk di sana sendirian disebuah sudut. Karena restoran itu begitu ramai, jadi saya mendapat kembali tempat dan sudut. Setelah beberapa saat aku makan, ada seorang pemuda tampan meminta izin untuk duduk di depan saya.


Karena mungkin hanya bangku bahwa satu-satunya yang tersisa. Dia sangat ramah dan sopan, penuh senyum. Singkat cerita, kami berkenalan, dan ngalor-ngobrol tentang apa-apa, sampai suatu waktu, dia membuka identitasnya. Dia masih lajang, orang tuanya tinggal di luar negeri. Di Jakarta dia tinggal bersama adiknya yang masih di SMA. Hampir satu jam kami berbicara. Dalam saat percakapan, saya memberinya kartu nama lengkap dengan nomor telepon. Guy bernama Ronald, tinggi built-nya, kulit coklat, macho tampaknya. Sebelum kami berpisah, kami berjabat tangan dan berjanji satu sama lain menelpo kemudian. Ketika bersalaman, Ronald tua menggenggap jari dan menatap dalam ke mataku disertai dengan senyum penuh makna. Saya menulis kembali, tidak ada senyum kurang manis. Kemudian kami berpisah untuk kembali kekesibukan masing-masing. Dalam perjalanan pulang, aku sudah kalah tiga kali.


Ketika saya sedang mengendarai mobil, pikiran saya selalu benar-benar ke orang muda? kenapa hanya untuk jalan kembali ke perumahanku aku benar-benar nyasar ke Chester, dan kemudian kembali lagi mengapa blok M, dan kemudian terus jalan sambil mengkhayal, eh ..... Aku benar-benar Thamrin wilayah. Keberuntungan benar-benar buruk! Tapi Ok Anda tahu? Sudah satu minggu pengantar usia Ronald, setiap hari saya merasakan kerinduan padanya. Burhan suamiku masih terbaring di rumah sakit, tapi tugas saya tidak pernah perawatan Burhan tidak ada. Saya berani sebut Ronald ke HP nya. Saya mengatakan bahwa saya benar-benar kanget dengan dia, sehingga ia, serta saya lewatkan. Kami memiliki janji dan melihat tempat kami bertemu. Ronald aku jalan-jalan, aku menolak, takut melihat orang yang akrab dengan saya. Akhirnya kami sepakat untuk berbicara di tempat yang aman dan tenang, yaitu; "Hotel". Ronald membawa saya ke sebuah hotel bintang lima. Kami pergi ke mobilnya. Sementara mobil saya diparkir di Mall, demi keamanan privasi. Di hotel kami sampai di lantai VII Kamat, tenang memang, tapi tenang-tenang, tenang, dan romantis. "Anda sering datang ke sini?" Aku bertanya, ia menggeleng dan tersenyum. "Untuk pertama kalinya Bibi" lanjutnya. "Jangan panggil aku tante terus dong?" Pintaku.


Sekali lagi ia tersenyum. "Baik Yulia" katanya. Kami saling memandang, kami berdiri berhadapan di depan jendela kamar hotel. Kami saling menatap, ada sepatahpun ada kata-kata yang keluar. Jantung berdebar, logika saya mati total, dan merasa semakin aneh, campuran kebahagiaan, emosi, kesenangan, cinta, takut, ah ..... macam-macamlah!. Tiba-tiba, karena alasan apapun, kita secara bersamaan saling berpelukan sambil memeluk erat. Aku membenamkan kepalaku di dada Ronald, semakin erat dia memeluk saya. Edaran lengan pinggang. Kami masih diam. Segera saya menangis tanpa diketahui, air mata Ronald panas membasahi dadanya. "Anda menangis Yulia?" Tanya Dia. Aku terdiam, isak tangis yang lebih serius. "Kanapa?" Dia meminta lagi. Ronals lembut menyeka air mataku. "Anda menyesal Yulia sini?" Kata Ronald lagi. Sekali lagi saya diam. Akhirnya Aku menggelengkan kepala. Dia membawa saya ke tempat tidur. Saya berbarin di tepi tempat tidur. Ronald duduk di sampingku, mengelus rambutku. Yah .... itu benar-benar keterlaluan!.


Aku menarik tanganku untuk Ronald memelukku, dia pergi bersama. Aku memeluknya dengan erat, kemudian ia mencium dahiku. Sepertinya dia mencintaiku. Saya juga mencium pipinya. Dorongan seksual saya mendapatkan terbakar, mengetahui selama ini saya hanya bisa menonton dan melihat apa yang disebut "penis" semnatar saya tidak pernah merasa sukacita. Ronald membuka kancing bajunya satu per satu. Aku menarik tangannya untuk memberi tanda ia membuka kancing busananku Agat satu per satu. Dia menurut. Para busanaku semakin dia membuka kancing lebih terangsang saya. Dalam sekejap saya jumlah telanjang! Ronal tampak tubuh putih mulus, tak henti-hentinya memuji dia dan menggeleng kagum. Kemudian dalam sekejap ia juga telah menjadi telanjang. Oh ...... jadi jantan dia. Dan ereksi penisnya begitu keras tampaknya. Semakin banyak yang tidak teratur napas.


Ronald mengelus payudaraku, lalu ...... tersedot. Oh ..... sangat lezat dan saya bersemangat. Dia mencium dadaku, leherku. Saya pun tak kalah kreatif, dan saya memegang penisku membelainya Ronald. Saya membayangkan semua adegan yang pernah saya lihat dalam pornografi. Aku merunduk tanpa sadar, dan menghisap penisnya Ronald. Gaya saya masih kaku, tapi oke untuk pemula. Dia menggelaih setiap kepala kujilati penisnya. Jari Ronald mengelus pangkal pahanya, dalam bulu memekku belaian, menarik manarik dia sesekali. Aku mulai terangsang. Sudah tak karuan basah vagina, seks emosi yang disebabkan oleh meluap.


Aku lupa segalanya. Akhirnya, kami berdua mengambil posisi di tengah tempat tidur. Saya berbarimng dan terbuka selangkangan, posisi siap, babak belur siap. Ronald memasukkan penisnya ke dalam vaginanku, oh .... benar-benar sakit,? sakit, aku berkata apa-apa, tetapi lebih dan lebih menyenangkan. Dia terus gemetar, saya kadang-kadang meladeninya. Sampai .... ... cret cret cret ... ... Tumpahan air mani muncrat Ronald dalam vagina saya. Aku benar-benar menyukainya, saya pikir ada keluar dari vagina saya, tapi aku sudah duluan, bahkan dua kali aku keluar. Astaga, setelah kami keluar dari tempat tidur, kita melihat darah segar menodai seprai putih. Aku masih perawan! Ronald bingung, aku bingung. Akhirnya aku teringat, dan kujelaskan bahwa selama aku menikah, aku belum pernah kacau suami saya, karena dia sakit impoten yang disebabkan oleh diabetes. "Jadi kau masih perawan?" Tanya Dia kaget. Saya jelaskan lagi, dan dia memelukku sayang dan kasih sayang pada semua. Kami masih telanjang, lengan di sekitar satu sama lain, tubuh kita berdekatan. Aku mencium bibirnya, tanda kasih sayang juga. Kegadisanku itu seharusnya menjadi suamiku, mengapa harus Ronald yang mendapatkannya? Ah .... bodo besar! Aku bingung! Saat itu hampir pada hari dari kamar hotel kami, telah tiga kali aku berhubungan seks dengan anak muda ini.


Tidak semua gaya bisa dipraktekkan di kamarku. Aku belum mengalami! Rupanya ia juga selalu mudah rusak! Tapi bagus untuk pemula. Setelah makan siang, kami tudur-kembali dan berbicara, posisi masig dengan busana sederhana. Menjelang sore aku bergegas ke kamar mandi. membrsihkan tubuh. Ronald juga mandi. Kami mandi bersama, trkadang saling memeluk, mencium satu sama lain, tertawa, bercanda dan bahkan sedikit mengelus penisnya. Dia pun tak kalah kreatif, bermain puting saya, saya senang ...... dan ....... oh, .... kita melakukannya lagi dalam posisi berdiri. Tubuh kita masih basah dan penuh sabun. Oh sukacita, saya telanjang bersanggama basah di kamar mandi. Ronal agak lama melakukan hubungan seksual, mengetahui berapa banyak putaran dia malakukannya. ia sekarang tampak terlihat sedikit kerja keras. Dirangsangnya saya, mencium bagian luar vagina saya, tepi dijilatinya, dalam, dan oh .... Aku menggeliat kenikmatan.


Saya juga tidak ingin kehilangan bisnis, kocok-kocok penis saya Ronald membesar sudah tegang, saya tempelkan di tengah kedua payudara, saya bermain dengan kedua tetekku biru meniru adegan dalam VCD film. Tak kusangka, dengan adegan seperti itu, Ronald mampu menyemburkan air mani, dan semprot ke arah wajahku. Aneh, aku merasa jijik, aku bahkan kehilangan wajah melulurkannya dan saya merasa berkah dalam semua. "Kamu curang! Namun tidak ada yang keluar!" Seruku. "Maaf, tidak bisa memasang ...." Dia menjawab. Aku menariknya dan membawa mereka ke dalam memekku ****** Ronal, kudekap dia dalam-dalam, aku mencium bibirnya, dan menggoyang pinggulku kugoyang-canggung. Ronald diam saja, dia tampak sedikit kaku, tapi tetap kugoyang, dan ah .... Saya puas kali ini, sampai ia menyadari bahwa aku mmencubit perut keras dan saya berteriak setengah dari kesenangan, sesuatu terasaada dalam vagina saya, saya telah mencapai klimaks yang paling menyenangkan.


Setelah selesai mandi, berpakaian, hanya terasa perih alat vital saya. Mungkin karena saya terlalu bersemangat sama sekali. Setelah semuanya OK, sebelum kita meninggalkan ruangan untuk pulang, kami saling berpelukan di depan cermin. Tidak banyak kata yang bisa kita habiskan. Kami diam, saling berpelukan. "Aku mencintaimu Yulia" Terdenga Ronald suara berbisik, sambil menatap jauh ke wajahku. Aku terdiam, untuk beberapa alasan tidak bisa. Kata-kata ini diulang tiga kali. Aku terdiam. Tidak ada pikiran sama sekali, saya meneteskan air mata, terharu. "Aku cinta padamu, Ron," kataku lembut. "Sayangnya hal itu bisa abadi, tapi cinta bisa bersifat sementara di alam" terus saya lagi. Ronald menyeka air mataku dengan jemarinya. Aku tampak bodoh dan cengeng, kenapa aku bisa tunduk dan pasrah dengan Anka muda? Setelah puas dengan adegan perpisahan, maka kita melangkah keluar dari ruangan setelah check out, kami pergi ke Blok M, dan kami berpisah di tempat parkir. Aku mencium pipinya, ia juga menanggapi dengan mencium tanganku. Ronald kembali ke rumahnya, dan aku pulang dengan gejolak yang sangat hebat berkecamuk karua jiwa tidak.


Merasa sedih, gembira, bahagia, cinta, kasih sayang dan sebaginya dan sebagainya. Ketika memasuki halaman rumah saya, saya terkejut sekali, banyak orang berkumpul di sana. Astaga ada bendera kuning ditempatkan di sana. Aku mulai gugup, karena saya kemuar dari mobil, saya menemukan keluarga berkumpul mas Burhan, ada tangisan. Ya ampun, mas Burhan suamiku sudah dipanggil Yang Mahakuasa. Saya dicerca keluarganya, kata mereka aku sulit dihubungi. Karuan saja, dari HP saya karena hotel belum dimatikan sampai aku di rumah kuhidupkan. Saya melihat mas Burhan adalah bergerak di tempat tidur. Dia pergi untuk selamanya, meninggalkan aku, meninggalkan semua kekayaannya berlimpah. Sekarang aku janda kaya kesepian dalam arti sebenarnya. Tiga hari kemudian saya menghubungi HP melalui Ronald, yang mengatakan seorang wanita dengan suara lembut. Saya panas, tapi aku mencoba untuk tidak iri. Saya mendapat penjelasan dari dia, bahwa ia adalah saudaranya Ronald. Dan dijelaskan juga bahwa Ronald sudah berangkat ke Amerika, Mama tiba-tiba seperti yang disebut Papa urusan penting.


Sekarang aku telah kehilangan kontak dengan Ronald, juga akan merindukannya. Saya kehilangan dua orang yang memiliki biaya hidup saya. Sejak saat itu sampai sekarang, saya selalu merindukan laki-laki macho seperti Ronald. Sudah tiga tahun saya tidak lagi kontak dengan Ronald, dan selama yang aku mengisi hidupku hanya untuk belanja, wisata, nonton, ah ... macam-macamlah. Yang paling konyol, aku seorang pria pemburu muda yang tampan. Aku sudah banyak, mulai dari anak sekolah Gigolo profesional untuk amatir. Tapi kesan saya, Ronald masih yang terbaik! Dalam kesendirian ini. . . Semuanya bisa berubah .. . Kecuali, cinta dan cinta saya pada Ronad, Aku masih menunggu, bahkan kulit saya kendur, mataku rabun, aku hamil, ubanku bertabur, dan untuk memasuki makam, Ronald .... Oh, saya harap anda membaca kisah kita. Ketahuilah bahwa saya sekarang seorang maniak seks yang hebat, hanya Anda yang dapat memuaskan saya Ron?

Cerita sex dengan clien suami porno


Cerita sex dengan clien suami 

Cerita sex dengan clien suami porno
cerita sex Dengan Client Suami berawal dari clien suami yang nakal  , aku jadi tergoda . oke selamat membaca . cerita dewasa memang lagiheboh.com tempatnya .
Malam itu Dewi terlihat cantik dan sexy sekali, saat itu Dewi mengenakan gaun malam yang bisa membuat mata lelaki yang memandangnya menelan air liur dan terbangkit birahinya, gaun malam mini warna hitam dengan belahan yang menampakkan bulatan payudaranya serta bagian punggung yang terbuka lebar memperlihatkan kemulusan punggungnya, sementara tali gaunnya yang kecil terikat di tengkuknya. Warna hitam gaunnya sangat kontras dengan warna putih kulitnya, kedua puting susunya tercetak samar-samar di gaun malamnya, nampaknya Dewi tidak mengenakan bra dibalik gaunnya itu, karena warna gaunnya yang hitam tonjolan kedua putingnya tidak terlalu kentara jika hanya sekilas memandang Dewi, gaun warna hitam yang Dewi kenakan tidak terlalu ketat membalut tubuh Dewi, memang Dewi memilih yang tidak terlalu ketat agar bisa leluasa bergerak, tetapi tetap memperlihatkan bentuk tubuh Dewi yang sexy.

Malam itu Dewi memang diajak oleh suaminya untuk makan malam, dan seperti yang suaminya jelaskan ditelpon tadi siang, suaminya akan mengadakan jamuan makan malam untuk clientnya, sebetulnya Dewi merasa malas untuk datang, karena ia pikir acara makan malam ini pasti membosankan, karena selama makan malam ia hanya akan mendengarkan obrolan soal bisnis saja, dan ia hanya akan jadi pajangan selama makan malam berlangsung, apalagi ia berpikir pasti teman bisnis suaminya ini seumuran dengan suaminya yang sudah kepala 5, Dewi sudah membayangkan acara itu bakalan betul-betul membosankan. Tapi suaminya memaksa ia untuk ikut alasannya suaminya sudah lama tidak mengajak makan malam karena kesibukannya.

Tepat jam 6 sore, mobil suaminya tiba dihalaman rumahnya, melihat itu Dewi keluar rumah dan mengunci pintunya, saat itu supir suaminya telah turun dari mobil dan membukakan pintu mobil dibagian penumpang, Dewipun bergegas naik kedalam mobil.

“Sore, Bu,” supirnya menyapa Dewi.

“Sore, Din, Bapak mana?,” jawab Dewi dilanjutkan dengan bertanya keberadaan suaminya.

“Tadi sudah saya antar duluan ke hotel xxx, lalu saya disuruh kesini untuk jemput ibu dan mengantar ibu ke tempat tadi,” jawab Udin menjelaskan.

“Oh, ya sudah, ayo jalan, Din,” kata Dewi.

Setengah jam kemudian Dewi tiba di hotel xxx, kemudian ia turun dan langsung menuju ke restoran yang telah disebutkan oleh suaminya tadi siang, saat ia melewati lobby semua mata lelaki yang berada di situ tidak berkedip memandangi Dewi, sesampainya di restoran seorang pelayan menyambutnya, kemudian Dewi menanyakan meja suaminya, pelayan ini kemudian mengantar Dewi ke meja suaminya.

“pak Erwin, ini Dewi istriku, dan Mah, ini pak Erwin clientku yang tadi siang kuceritakan,” kata suaminya setibanya Dewi di meja mereka.

“Malam, Bu,” Erwin menyapa Dewi, sambil menyorongkan tangannya untuk menjabat tangan Dewi.

“Malam, Pak,” jawab Dewi sambil menyambut tangan Erwin.

Kemudian dengan penuh sopan Erwin mempersilahkan Dewi untuk duduk, Dewi sedikit terkejut dengan client suaminya ini, tebakan dia jauh meleset, karena kalau dilihat dari wajahnya, umur dari client suaminya ini paling seumuran dia, wajahnya ganteng, tubuhnya atletis beda jauh dengan tubuh suaminya, genggaman tangannya hangat ia rasakan, tatapan matanya membuat jantungnya berdetak kencang.

Saat makan malam berlangsung Dewi sering mencuri pandang tanpa diketahui oleh suaminya, kadang-kadang tatapan matanya bentrok dengan mata Erwin yang kebetulan sedang menatap ke dia. Dewi merasakan jantungnya berdetak dengan kencang setiap mata mereka beradu, kedua pipinya merona merah entah karena tatapan Erwin atau karena pengaruh Wine yang mereka minum yang entah sudah berapa gelas yang mereka minum, wajah Dewi semakin Nampak mempesona dengan semburat merah yang menghiasi pipinya, Erwin sendiri semakin sering mencuri pandang melihat Dewi saat mendengarkan penjelasan soal kontrak bisnis dari suaminya.

Dewi melihat suaminya begitu antusias menjelaskan tentang kontrak bisnis itu dan nampaknya suaminya mendominasi pembicaraan ini, Dewi melihat wajah suaminya yang sudah memerah karena pengaruh alcohol, Dewi melihat Erwin kadang-kadang mengangguk tanda setuju lalu tersenyum.

“Jadi, bagaimana, pak Erwin?” tanya suaminya

“Apanya,”Erwin balik bertanya, ia agak sedikit kaget karena saat itu ia sedang memperhatikan Dewi.

“Soal, kontrak bisnis kita, Apa proposal yang saya berikan tadi siang sudah dipelajari?” tanya suaminya lagi.

“Oh, soal itu, sudah saya pelajari dan ada beberapa syarat tambahan yang ingin saya tambahkan dalam proposal itu,” jawab Erwin.

“Syarat apa saja, Pak?” kembali suaminya bertanya.

“Wah, saya lupa, tapi saya sudah kasih note kok di proposal bapak tadi,”Erwin menjawab.

“OK..OK..proposalnya pak Erwin bawa sekarang?” suaminya bertanya kembali.

“Hahaha…pak Hendro memang pebisnis tulen, kita kan lagi makan malam jadi saya tidak bawa,”Erwin menjelaskan.

“Hehehe…bukan begitu pak Erwin, alangkah bagusnya kalau kita bisa selesaikan malam ini, syarat-syarat tambahan pak Erwin akan saya lihat, kalau tidak terlalu memberatkan pihak kami, saya akan langsung setujui, terus kita bisa tanda tangani pra-kontrak itu, baru besok kita buat kontrak kerjasamanya,” suaminya menjelaskan.

“Baik..baik.. saya ambil proposal dulu, pak Hendro dan ibu bisa tunggu saya disini,”Erin berkata sambil tersenyum.

“Oh, gak usah repot-repot, pak, bagaimana kalau kita ikut bapak saja, itu kalau bapak gak keberatan, soalnya begini pak, daripada bapak bolak-balik,lebih baik kami yang kekamar bapak, setelah selesai, kami langsung pulang dan pak Erwin bisa langsung istirahat,” Suaminya menimpali tawaran Erwin.

“Hhmmm…baiklah, tapi apa tidak lebih kalau bapak saja yang ikut dan ibu bisa menunggu disini, soalnya takut nanti orang berprasangka buruk tentang ibu” Erwin berkata kembali.

“Ah, bapak, tidak apa-apa, kan saya ini suaminya, jadi tidak akan ada yang berprasangka buruk soal dia, lagipula lebih kurang baik kalau dia sendirian duduk disini,” suaminya menjelaskan.

“Oh, iya pak Hendro betul juga,” Erwin mengangguk setuju setelah mendengar penjelasan suaminya.

Akhirnya mereka beranjak meninggalkan restoran itu menuju kekamar Erwin, ternyata Erwin tinggal di salah satu kamar yang mewah yang ada di hotel ini, kamarnya terdiri dari dua bagian, bagian pertama saat masuk terdapat Bar dipojok sebelah kanan pintu masuk, lalu ada sofa 321 dan meja kerja, sementara tempat tidurnya terletak dibagian yang satunya lagi, Dewi memperkirakan kamar mandi dan toiletnya ada di dalam kamar tidurnya, Erwin mempersilahkan Dewi dan suaminya duduk, sementara dia sendiri menuju meja kerja untuk mengambil proposal, Erwin menyerahkan proposal tersebut ketangan suaminya, suaminya langsung membaca kembali proposal tersebut yang telah banyak coretan-coretan dan tambahan-tambahan dari Erwin, nampak kepala suaminya manggut-manggut saat membaca proposal tersebut.

“OK…OK…pak Erwin, saya sudah baca kembali dan saya tidak keberatan dengan penambahan-penambahan dari bapak,”kata suaminya.

“Well…bagus kalau begitu saya senang jika bapak dan ibu menyetujui syarat tambahan dari saya, selanjutnya bapak tinggal paraf di setiap coretan-coretan saya dan tandatangani, lalu saya akan melakukan hal yang sama,” Erwin berkata sambil tersenyum penuh arti.

“Hahaha..bapak bisa aja, istri saya pasti setuju dengan syarat tambahan bapak, kan kontrak kerja ini akan menambah keuntungan untuk kedua perusahaan kita dan otomatis menambah keuntungan juga buat dia,”suaminya berkata menjelaskan, sementara Dewi sendiri hanya dapat tersenyum tanpa mengerti sedikitpun tentang hal ini.

“Ok, saya akan suruh pelayan untuk memfotocopy proposal ini, nanti aslinya saya simpan, pak Hendro bawa copyannya, jadi besok bapak bisa suruh orang bapak untuk buat proposal yang sudah direvisi ini, saya akan datang kekantor bapak besok untuk menanda tanganinya,”kata Erwin.

“Ok, pak,” jawab suaminya singkat.

Kemudian Erwin beranjak menuju kekamar tidurnya, Dewi mendengar sayup-sayup suara Erwin dari dalam kamar, nampaknya Erwin sedang menelpon pelayan untuk datang kekamarnya, Dewi sedikit heran kenapa Erwin menelpon dari dalam kamarnya, sementara dimeja kerja juga ada telpon.

Tak lama berselang Erwin keluar dari ruangan dan ia menjelaskan kepada suaminya untuk menunggu sebentar, karena ia sedang memanggil pelayan untuk memfotocopykan proposal yang sudah mereka tanda tangani. Sambil menunggu kedatangan pelayan, kami mengobrol ringan, Dewi melihat suaminya sudah agak mabok akibat pengaruh Wine yang mereka minum saat makan malam tadi.

Kira-kira lima belas menit kemudian bel pintu berbunyi, Erwin beranjak dari duduknya untuk membukakan pintu, Nampak oleh Dewi pelayan hotel berjumlah 2 orang masuk sambil membawa bucket (ember dari stainless steel), disetiap bucket itu terisi oleh botol, nampaknya waktu menyuruh pelayan datang itu Erwin sekalian memesan Champagne, pelayan itu meletakkan pesanan Erwin di meja Bar, kemudian Erwin menyerahkan proposal dan meminta mereka untuk memfotocopykannya.

“Pak Hen, bagaimana kalau kita merayakan kerjasama ini sambil minum Champagne,” tawar Erwin.

“OK, pak, hal ini memang wajib untuk dirayakan agar kerjasama kita semakin baik,”sambut suaminya semangat.

Dewi sedikit khawatir melihat keadaan suaminya, ia takut nanti suaminya mabok dan tertidur disini, tidak mungkin dia harus memapahnya kalau sampai hal itu terjadi, tapi dalam hatinya membatin biar kalau nanti suaminya tertidur dia akan meminta pelayan untuk memapahnya ke mobil, sementara pikirannya sedang memikirkan hal itu, Erwin sedang berjalan kearah mereka sambil membawa gelas berisi Champagne di kedua tangannya.

“Mari kita bersulang semoga kerjasama kita ini akan sukses, minumnya harus sekaligus habis, karena dengan itu menandakan bahwa tidak akan ada penundaan dalam hal kerja sama kita ini”kata Erwin setelah menyerahkan gelas kepada Dewi dan suaminya.

“Beres, pak, ‘Bottom Up’,” kata suaminya, Dewi sendiri hanya membalas dengan senyuman.

Mereka bertiga langsung menenggak habis minuman masing-masing, setelah habis Erwin mengambil gelas kosong itu dan kembali beranjak ke Bar untuk mengisi lagi gelas kosong tersebut.

“Satu kali lagi kita bersulang,” sahut Erwin setelah menyerahkan gelas yang sudah terisi oleh Champagne ke Dewi dan suaminya.

“OK, once more,”kata suaminya sambil terkekeh-kekeh, Dewi melihat keadaan suaminya dan ia tahu bahwa suaminya sudah semakin dipengaruhi oleh alcohol.

Mereka kembali menegak minuman itu kembali dalam satu tegukan gelas mereka kembali kosong, kemudian Erwin beranjak ke Bar untuk mengambil botol champagne, setelah itu ia kembali mengisi gelas-gelas mereka yang sudah kosong tadi, sekarang ini Erwin tidak mengajak untuk bersulang, Erwin dan Dewi meminum satu teguk saja dan menaruh gelas mereka di meja, sementara Hendro meminum Champagne tersebut sampai habis dengan sekali teguk saja, dan tanpa menunggu Erwin untuk mengisi kembali gelasnya yang sudah kosong, ia mengambil sendiri botol Champagne itu dan menuangkannya ke gelasnya yang sudah kosong, saat itu bel pintu kembali berbunyi, Erwin beranjak menuju kepintu dan membukanya, Nampak oleh Dewi salah satu pelayan yang tadi datang menyerahkan dokumen ke Erwin, sambil mengucapkan terimakasih Erwin menyelipkan tip ketangan pelayan tersebut, dan menutup pintu kamarnya.

Yang tidak disadari oleh Dewi dan suaminya adalah ketika Erwin menuangkan minuman yang pertama dan kedua, saat itu Erwin memberikan campuran kedalam minuman mereka, cairan itu berasal dari dua botol kecil yang berbeda. Nampaknya Erwin sudah merencakan hal ini saat dia menelpon dari dalam kamarnya, cairan yang dia masukkan kedalam gelas Dewi adalah cairan perangsang sementara yang dimasukkan kedalam gelas suaminya adalah cairan obat tidur.

“OK, pak terimakasih, akan saya suruh anakbuah saya untuk merevisi proposal sesuai dengan kesepakatan kita, sekarang kami pamit pulang dulu,”kata Hendro dengan mata hampir terpejam, saat ia menerima dokumen tersebut dari Erwin.

“OK, sampai ketemu besok dikantor bapak,” balas Erwin.

Dewi dan suaminya berdiri, kemudian melangkah menuju kepintu, tetapi baru sekitar enam langkah tubuh Hendro mulai limbung, untung Erwin yang berada disampingnya sempat meraih tubuh tersebut, kelihatannya Hendro sudah betul-betul tumbang akibat pengaruh alKohol dan pengaruh obat tidur yang dicampurkan oleh Erwin tadi, bukan hanya suaminya saja yang sudah terpengaruh, tapi Dewi sendiri yang berjalan dibelakang juga sudah dipengaruhi oleh obat perangsang yang dicampurkan oleh Erwin tadi, Dewi merasakan keganjilan ditubuhnya terutama di daerah sensitifnya seperti dipayudara dan divaginanya, ia merasakan gatal dan geli yang aneh dan ia menginginkan daerah-daerah tersebut disentuh, dibelai, dan diremas, sementara lubang kemaluannya menginginkan sodokan-sodokan batang kemaluan lelaki. Dewi berusaha untuk menutupi hal tersebut tetapi semakin ia lawan semakin kuat hasratnya.

Sambil berusaha untuk melawan hasrat tersebut, Dewi membantu Hendro untuk memegangi suaminya, yang ia lihat sudah tertidur, kemudian Dewi mendengar Erwin berkata untuk membaringkan sebentar suaminya ditempat tidur, tanpa membantah Dewi mengikuti gerakan Erwin yang memapah suaminya keruangan tidur, setelah merebahkan suaminya ditempat tidur Dewi meminta ijin kepada Erwin untuk menggunakan kamar mandinya, Erwinpun mempersilahkan Dewi untuk menggunakan kamar mandinya.

Dewi tidak melihat Erwin saat ia keluar dari kamar mandi, setelah melihat keadaan suaminya yang Nampak tertidur dengan lelapnya, Dewipun beranjak kearah ruang tamu dan ia melihat Erwin sedang berada di Bar sedang membuka botol Champagne yang satunya lagi dan ia melihat botol Champagne yang pertama sudah kosong, melihat kedatangan Dewi, Erwin menawarkan minuman lagi, yang dijawab dengan anggukan oleh Dewi, sambil berjalan kearah Bar.

Setelah menuangkan minuman kedalam gelas, Erwin berjalan kearah Dewi yang sudah berdiri di meja Bar, diserahkannya gelas yang berisi Champagne ke Dewi, kemudian Erwin mengadukan bibir gelasnya ke bibir gelas Dewi, merekapun meminum satu teguk minuman itu kemudian menaruh gelas mereka di meja Bar, mereka kemudian terlibat perbincangan ringan, saat itu Dewi baru menyadari posisi berdiri Erwin yang sangat dekat dengan dirinya, aroma tubuhnya yang harum tercium oleh Dewi dan menambah rangsangan aneh kepada dirinya.

Tiba-tiba dengan lembut Erwin membalikkan tubuh Dewi, wajah mereka begitu berdekatan, Dewi merasakan nafas yang keluar dari hidung Erwin menerpa wajahnya, dengan lembut Erwin mengangkat dagu Dewi lalu Erwin mengecup perlahan bibir Dewi, Dewi merasakan getaran aneh yang mengalir saat bibirnya tersentuh oleh bibir Erwin, matanya terpejam mulutnya sedikit terbuka, Erwin yang melihat ini tersenyum, kemudian ia mengecup kembali bibir Dewi dengan lembut, dilanjutkan dengan jepitan bibirnya kebibir bagian bawah Dewi, dihisapnya bibir bagian bawah Dewi sehingga membuat Dewi mendesah.

“Ohhhh…,” Dewi mendesah.

Erwin melanjutkan aksinya dengan melumat seluruh bibir Dewi, lidahnya mulai menerobos masuk ke dalam rongga mulut Dewi, kemudian lidahnya menari didalam rongga mulut Dewi, Dewi membalas dengan menyentuhkan lidahnya kelidah Erwin, lidah mereka menari bersentuhan didalam rongga mulut Dewi.

Sambil tetap mencumbu mulut Dewi, tangan Erwin mulai beraksi, diraihnya ikatan tali gaun Dewi lalu ia tarik, dan ia lepaskan ikatannya, dengan perlahan tapi pasti gaun yang dikenakan oleh Dewi mulai meluncur perlahan kebawah kakinya, saat ini hanya CD hitam yang masih melekat ditubuh Dewi, kedua tangan Erwin perlahan-lahan mulai turun dari leher Dewi yang jenjang ke arah kedua bukit kembar Dewi, setelah kedua bukit kembar Dewi berada dalam genggamannya Erwin mulai meremas-remas kedua payudara Dewi, yang kadang-kadang ditingkahi oleh pilinan-pilinan lembut di kedua puting susunya.

“Hhhmpp…ssshhh…oohh…,”desah Dewi merasakan nikmatnya sentuhan dan remasan tangan Erwin di kedua payudaranya, pikiran sehatnya sudah terpengaruh oleh rangsangan obat dan belaian jemari Erwin, ia tidak memperdulikan bahwa suaminya sedang tertidur diruangan sebelah dan mungkin saja bisa bangun kapan saja.

Aksi Erwin semakin menjadi, ia tahu bahwa Dewi sudah dalam pengaruh obat perangsang yang ia berikan tadi, dan ia juga tidak takut akan suaminya yang bisa bangun kapan saja, karena ia tahu bahwa suaminya tidak akan bangun sampai besok pagi, obat tidur yang ia berikan tadi cukup membuat orang akan tertidur sampai 20jam, jadi ia akan punya kesempatan untuk menikmati tubuh indah istri clientnya ini sampai puas.

Ciuman Erwin berpindah ke leher Dewi, membuat Dewi semakin menggeliat, lalu menurun kearah dada Dewi, dengan lembut putting susu sebelah kanan Dewi dikecup oleh Erwin, dilanjutkan dengan jilatan-jilatan diputing tersebut dan kadang-kadang dihisap-hisapnya susu Dewi, tangan kirinya masih aktif dengan remasan dan pilinan disusu dan puting sebelah kiri, sementara tangan kanannya mulai meluncur kearah selangkangan Dewi, dengan gerakan perlahan tapi pasti tangan kanan Erwin menyelusup kedalam CD Dewi, terasa oleh Erwin kemaluan Dewi sudah basah, jemari Erwin menggesek-gesek klitoris Dewi dengan lembut, kombinasi aksi yang dilakukan Dewi membuat Dewi semakin mendesah, rintihan nikmatnya meluncur tanpa henti dari mulut Dewi.

“Oohh..enak..terus..kamu hebat oohh..melayang aku jadinya…puaskan aku..ohh..,”rintih Dewi.

Tangan kiri Erwin menghentikan aksinya dan meluncur turun kearah CD Dewi, iapun menarik keluar tangan kanannya, lalu dengan kedua tangannya CD Dewi mulai dilepas perlahan-lahan, sementara ciumannya mulai merambat turun, saat bibirnya sampai diselangkangan Dewi, CD Dewipun sudah turun sampai ke kaki Dewi, dengan lembut diangkatnya sedikit kaki kiri Dewi sehingga CD Dewi terlepas dari kaki sebelah kirinya, lalu ia meletakkan kaki Dewi di pijakan kaki kursi bar, setelah itu ia meregangkan kaki kanannya, selangkangan Dewi sedikit terbuka dengan posisi ini, Erwinpun mulai mejilati kelentit Dewi dan kadang-kadang ditingkahi dengan hisapan-hisapan lembut, dua jari tangan kanannya ia masukkan kedalam rongga kemaluan Dewi dengan perlahan, Dewi melenguh akibat double action yang dilakukan oleh Erwin.

“Ohh…Win, nikmat sekali, terus Win, hisap itilku, yach begitu, Oh..,”lenguh Dewi, merasakan nikmat yang luarbiasa, tanpa Dewi sadari panggilan bapak yang dari makan malam tadi ia lontarkan sudah berganti menjadi panggilan nama.

“Yach..terus..begitu..oh enak sekali, puaskan aku..Win,” kembali Dewi melenguh saat Erwin mulai mengocok kemaluannya dengan kedua jari tangannya dan hisapan-hisapan di kelentitnya.

Gerakan tangan Erwin yang keluar masuk di kemaluan Dewi semakin menjadi, kadang-kadang ia putar-putar jari tangannya, kadang-kadang ia pijat-pijat dinding memek Dewi oleh tangannya, sementara tangannya beraksi mulutnya tidak berhenti menjilati dan menghisap-hisap kelentit Dewi.

“Oh..aku tidak tahan lagi, aku mau keluar, oohhh…nikmaat..sekalii…aaaghhh …aaku..keluar,” Dewi mengerang saat ia mencapai puncak kenikmatannya.

Sssrrrrr….ssrrrr….sssrrrr….. tubuh Dewi mengejang, dan mengejut-ngejut saat vaginanya mengeluarkan cairan kenikmatannya, sementara tangannya meraih kepala Erwin dan menekan kepala Erwin kearah kemaluannya, pantatnya mengejut-ngejut seirama dengan kemaluannya yang menyemburkan lahar kenikmatannya, dinding vagina Dewi berkedut-kedut itu yang dirasakan oleh tangan Erwin, Erwinpun merasakan tangannya disiram oleh hangatnya cairan kenikmatan Dewi, dan cairan itu mulai mengalir keluar lewat tangan Erwin.

Erwin segera berdiri setelah badai nafsu Dewi mereda, dan kejutan-kejutan tubuh Dewi berhenti, tangan kirinya merengkuh tubuh Dewi, tangan kanannya memegangi dagu Dewi lalu diciumi dengan lembut bibir Dewi, kemudian tangan kanannya beranjak ke payudara Dewi, dengan lembut Erwin membelai-belai bulatan dan puting payudara Dewi, mendapat perlakuan tambahan ini Dewi merasakan sensasi yang berbeda daripada biasanya, sisa-sisa kenikmatan yang berhasil ia raih semakin indah ia rasakan akibat perlakuan Erwin ini.